Thursday, January 25, 2007

Kelumpuhan, Bukan Hambatan Untuk Mengakses Teknologi

Ini kabar gembira bagi saudara-saudara kita yang kurang beruntung karena menderita kelumpuhan. Sebab kini dengan bantuan teknologi sensor otak terbaru, BrainGate, yang dikembangkan ilmuwan di Inggris, para penderita kelumpuhan syaraf motorik dimungkinkan untuk mengendalikan kursor komputer, membuka e-mail, bahkan menjalankan peralatan robotik hanya dengan memikirkannya saja!

Para ilmuwan percaya bahwa sensor BrainGate, yang meliputi implantasi atau penanaman elektroda di otak, akan membawa harapan besar bagi orang-orang yang mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan atau penyakit.

"Ini adalah langkah awal proses percobaan klinis pada sebuah alat yang diupayakan akan dapat membantu para penderita kelumpuhan," kata Dr Leigh Hochberg dari Rumah Sakit Umum Massachusetts.

Pria berusia 25 tahun yang menderita kelumpuhan total pada tungkai dan lengannya tiga tahun lalu itu, kini sudah menjalani serangkaian tes seperti menggerakkan kursor pada layar komputer dan mengendalikan tangan robot - dengan sempurna.

Dr Leigh adalah pasien relawan pertama dari empat orang pasien lain dengan cedera tulang belakang, kelainan otot, stroke, serta kelumpuhan syaraf motorik yang menjalani uji coba sistem penggerak otak hasil yang dikembangkan oleh perusahaan Cyberkinetics Neurotechnology Systems di Massachusetts.

"Ini adalah era kebangkitan teknologi syaraf, dimana kemampuan untuk menangkap sinyal dari otak sudah mengalami kemajuan pesat. Bagaimana menanamkan sinyal ke dalam otak sudah bisa kita lakukan, tetapi cara menangkap sinyal yang keluar dari otak adalah tantangan yang terbesar," ujar Profesor John Donoghue dari Universitas Brown, Kepulauan Rhode yang juga menjabat kepala divisi sains di Cyberkinetics.

Sebelum teknologi ini bekerja, para ilmuwan harus terlebih dahulu menanamkan chip silikon kecil berkekuatan 100 elektroda ke dalam area otak yang berfungsi mengatur pergerakan tubuh. Aktivitas sel-sel otak itu nantinya akan direkam dan dikirim ke sebuah komputer yang akan menerjemahkan perintah otak, hingga memungkinkan pasien untuk menggerakkan dan mengendalikan peralatan eksternal.

Menurut Hochberg, asisten proyek penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature ini, bagian otak bernama korteks motorik, yang berfungsi mengirimkan sinyal-sinyal otak ke bagian tulang belakang dan diteruskan ke tungkai untuk mengontrol pergerakan tubuh, sebenarnya masih bisa digunakan para pasien untuk mengendalikan peralatan eksternal, walau sudah bertahun-tahun tak bisa digerakkan sejak mereka mengalami cedera pada bagian tulang belakang.

Meski bukan pertama kalinya aktivitas otak dimanfaatkan untuk mengendalikan kursor, namun Stephen Scott dari Universitas Queen di Ontario, Kanada optimis temuan baru ini dapat meningkatkan performa teknologi yang sudah ada sebelumnya.

"Hasil penelitian ini membuktikan bahwa teknologi sensor yang ditanamkan ke dalam otak sangat berpotensi membantu orang-orang yang menderita kelumpuhan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar," tambahnya.

Dalam penelitian terpisah, para ilmuwan dari Sekolah Pengobatan dan Teknik di Universitas Stanford juga menemukan cara yang lebih cepat untuk memproses sinyal dari otak untuk mengendalikan komputer atau peralatan motorik.

"Penelitian kami dilakukan untuk menunjukkan bahwa dari sudut pandang kinerjanya, sistem sensor otak ini sebenarnya layak diaplikasikan secara klinis," ujar Stephen Ryu, asisten profesor bedah syaraf di Universitas Stanford.

No comments: